Entri Populer

Senin, 20 Juni 2011

Draft Skripsi-ku : Mindset Therapy

DRAFT SKRIPSI

Nama                 : Nurfauziah
Nim                    : 20402107093
Semester            : VIII (Delapan)
Fak/Jur             : Tarbiyah dan Keguruan/ Pendidikan Matematika
Judul                :Efektivitas Penerapan Pendekatan Mindset-Therapy dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa kelas IX SMP Negeri 1 Alla’ Kab. Enrekang
 

A.        Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan hampir di semua aspek kehidupan manusia, dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mengingat matematika merupakan alat ampuh dalam bentuk daya nalar, daya kreasi serta daya cipta yang berorientasi kepada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga matematika menjadi salah satu bidang studi yang dibutuhkan oleh siswa untuk mendapat kemampuan yang lebih baik dalam penyesuaian ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Pentingnya matematika dalam segala aspek kehidupan, terealisasi pada ditempatkannya matematika sebagai salah satu ilmu dasar  untuk semua jenis dan tingkatan pendidikan. Mengingat peranan matematika yang sangat penting, maka sangat wajar bila proses pembelajaran matematika mendapatkan perhatian lebih, khususnya bagi guru matematika itu  sendiri.

Tantangan yang ada pada masa kini maupun pada masa yang akan datang perlu menjadi pertimbangan seorang guru dalam menetapkan metode pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional.
Kualitas pendidikan rendah dikarenakan pandangan keliru guru pada umumnya, guru banyak mendominasi jalannya pembelajaran matematika di sekolah. Peran guru dan metode pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran sangat berpengaruh terhadap siswa. Kita sering mendengar siswa tidak tertarik mengikuti pelajaran yang membosankan, yang benar adalah guru yang membosankan karena tidak mengerti cara penyajian materi yang baik.
Dalam proses pembelajaran di sekolah tugas utama seorang guru adalah mengajar sedangkan tugas utama seorang siswa adalah belajar. Selanjutnya keterkaitan antara belajar dengan mengajar itu disebut pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.[1]
Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Dalam proses belajar mengajar, pada umumnya seorang guru menggunakan pendekatan yang sama bahkan kadang-kadang melupakan model pembelajaran, pendekatan, metode atau tipe pembelajaran yang harus diterapkan sehingga siswa mengalami kesulitan belajar dan berakibat kepada tinggi rendahnya hasil belajar siswa.
Guru yang baik tentu sudah memahami bahwa pembelajaran yang dilakukan tidak sekedar menolong peserta didik untuk mendapat pengetahuan, sikap dan keterampilan, tetapi lebih dari itu. Guru sebaiknya selalu membangkitkan motivasi belajar peserta didik, meciptakan suasana agar peserta didik senang belajar, mengarahkan peserta didik agar tekun belajar, sehingga pada akhirnya peserta didik dapat memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang optimal dan tingkah          laku serta kepribadian yang baik.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model serta teknik pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model dan teknik pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal.[2]
Berdasarkan wawancara salah satu guru matematika di SMP 1 Negeri Alla’ Kab. Enrekang, masalah yang sering dikeluhkan adalah (1) Kurang antusiasnya anak dalam belajar matematika (2) Rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran matematika, hal ini  menyebabkan anak tidak tahu apa – apa, malas belajar, dan tidak kreatif menyelesaikan tugas – tugas, sehingga hasil belajar yang diperoleh tidak memuaskan. (3) Rendahnya kemampuan siswa dalam menuangkan idenya.
Peserta didik adalah remaja yang mana merupakan masa yang sangat rentan, ketika perkembangan sosialnya menuntut dirinya untuk menyesuaikannya, seorang remaja memiliki tuntunan untuk senantiasa berprestasi, khususnya dalam lingkup akademis. Tidak bisa dipungkiri, bahwa prestasi akademis seorang remaja menjadi tolok ukur keberhasilan mereka. Dan baik secara langsung ataupun tidak langsung hal tersebut membangun konsep dirinya, apakah menjadi positif ataupun negatif. Konsep diri inilah yang nantinya membentuk mentalitas remaja baik dalam kehidupan mereka sekarang atau selanjutnya.[3]
Memprogram ulang pikiran manusia merupakan hal yang sangat penting, untuk menset mental remaja bahwa dirinya mampu dan bisa berprestasi. Dengan Mindset Therapy hal ini dapat dilakukan, yaitu dengan menginstal ulang pikiran mereka yang sudah menganggap bahwa mereka bodoh, tidak mampu, pelajaran matematika sangat sulit, fikiran tidak akan pernah bisa belajar dengan guru killer, dan lain sebagainya.
            Pendekatan Mindset Therapy ini memiliki tiga fase yakni fase penyadaran, fase pembelajaran dan fase pembiasaan. Proses Penyadaran mengubah manusia dari situasi tidak siap belajar atau tidak mau belajar, menjadi siap dan mau belajar. Proses penyadaran menangani penataan-ulang aspek kehendak, afeksi, sikap mental dan wilayah pathos. Selanjutnya proses pembelajaran mengubah manusia dari tidak bisa menjadi menjadi bisa; dari tidak mampu menjadi berkemampuan. Proses pembelajaran menangani penataan ulang aspek pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik), kinestetik dan wilayah logos. Sementara proses pembiasaan mengubah dari sekedar bisa menjadi mahir-terampil-profesional; dari sekadar tahu menjadi paham. Proses pembiasaan ini menangani aspek penataan-ulang karakter, watak, dan wilayah etos.[4]
Konsep Pendekatan Mindset Therapy ditawarkan oleh Andrias Harefa dalam bukunya Mindset Therapy-Terapi Pola Pikir Tentang Makna Learn, Unlearn, dan Relearn. Andrias Harefa adalah Mindset Therapist yang melakukan terapi pola pikir lewat kiprahnya sebagai Trainer-Speaker Coach selama 20 tahun terakhir dan sebagai penulis lebih dari 35 buku best-seller terbitan Kompas-Gramedia, juga sebagai nara sumber di radio dan televisi. Ia memprakarsai gerakan “Orang Biasa Membangun Bangsa” dengan bingkai Visi INDONESIA 2045. Mengaku sebagai guru biasa untuk orang luar biasa, ia telah mendirikan lebih dari 5 komunitas pembelajaran di Jakarta, Yogyakarta, dan Palembang. Ia telah menyentuh hidup lebih dari 500 ribu orang di berbagai kota Indonesia; termasuk melatih lebih dari 200 trainer; lebih dari 300 penulis; lebih dari 10.000 supervisor-manajer; lebih dari 10.000 sales-people.[5]
Sebagai Mindset therapist, saya bekerja dengan mengandalkan tiga proses kunci : Penyadaran, Pembelajaran, dan Pembiasaan. Penyadaran mengubah manusia dari situasi tidak siap belajar menjadi siap dan mau belajar. Selanjutnya pembelajaran mengubah manusia dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mampu menjadi berkemampuan. Sementara pembiasaan mengubah dari sekadar bisa menjadi mahir-terampil-profesional.[6]
Pendekatan Mindset Therapy telah diseminarkan dan ditrainingkan beberapa kali, seperti yang telah dilaksanakan pada tanggal 27-28 April 2011 di Hotel Ciputra Jakarta yang salah satu peserta training menuturkan bahwa training Mindset Therapy telah memberikan perubahan dari segi motivasi, kecerdasan mental, pikiran, dan juga cara meningkatkan serta mengaplikasikan ilmu kedepannya.[7]
Saya mendapatkan materi pelatihan yang terbaik yang pernah saya ikuti selama ini, yang dengan materi tersebut saya menjadi bisa sedikit banyak menilai diri saya sendiri dari segi motivasi, kecerdasan mental, pikiran, juga cara meningkatkan serta mengaplikasikan ilmu ini nantinya[8]

Menyadari pola mindset, belajar cara merespon suatu kegagalan/persoalan dalam hidup dengan positif, belajar memotivasi diri sendiri dan mempelajari tentang pola motivasi sehingga dapat lebih fleksibel dalam berinteraksi dengan orang yang memiliki pola yang berbeda[9]

Adapun kelebihan Pendekatan Mindset Therapy adalah :
1.         Memprogram ulang fikiran siswa untuk memiliki mentalitas positif
2.         Berimplikasi pada sikap dan perilaku sehingga siswa lebih termotivasi dalam berprestasi
3.         Terapi dapat membangun mental yang kuat, tegar dan sabar sehingga siswa dapat menghadapi halangan dan rintangan dalam berprestasi[10]
4.         Menata ulang pola fikir untuk meluruskan penalaran yang tidak logis
5.         Menata ulang memori siswa dari berbagai trauma negatif, akibat pemaknaan yang keliru, naif, atau dangkal di masa silam
6.         Mengembangkan imajinasi untuk menghasilkan karya-karya yang berguna dan bermanfaat di masa depan
7.         Menata ulang nilai-nilai dan keyakinan baru sehingga mendorong proses pemberdayaan siswa agar lebih mampu menjalankan tritugas utamanya yakni mengelola alam agar lestari, membangun relasi mutualistik dengan sesama manusia sebagai mitra kerja di bumi, dan menyembah hanya kepada Allah Sang Pencipta Alam.[11]
            Melihat kelebihan dan manfaat dari pendekatan Mindset Therapy dan merujuk pada pengalaman lapangan Andrias Harefa di atas penulis termotivasi melakukan penelitian dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX2 SMP Negeri 1 Alla’ Kab. Enrekang dengan menggunakan pendekatan Mindset Therapy.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.         Bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas IX2 SMP Negeri 1  Alla’, Kab. Enrekang sebelum diterapkan pendekatan Mindset Therapy ?
2.         Bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas IX2 SMP Negeri 1  Alla’, Kab. Enrekang setelah diterapkan pendekatan Mindset Therapy ?
3.         Apakah Pendekatan Mindset Therapy efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IX2 SMP Negeri 1  Alla’, Kab. Enrekang?

C.  Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis dikatakan jawaban sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melaui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dikatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum merupakan jawaban yang empirik dengan data.[12] Hipotesis kerja merupakan pegangan dalam langkah-langkah penelitian.[13]
Berdasarkan kajian teoritik yang telah dikemukakan di atas, maka penulis akan mengemukakan jawaban sementara terhadap permasalahan di atas adalah : “Penerapan pendekatan Mindset Therapy efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IX2 SMP Negeri 1 Alla’ Kab. Enrekang”

D.  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian di atas adalah :
1.      Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas IX2 SMP Negeri 1 Alla’ Kab. Enrekang sebelum diterapkan Pendekatan Mindset Therapy
2.      Untuk mengetahui hasil belajar metematika siswa kelas IX2 SMP Negeri 1 Alla’ Kab. Enrekang setelah diterapkan Pendekatan Mindset Therapy
3.      Untuk mengetahui efektivitas penerapan pendekatan Mindset Therapy dalam meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IX2 SMP Negeri 1 Alla’

E.  Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan dicapai dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Bagi Sekolah :
Memberikan kontribusi dalam rangka memperbaiki sistem pembelajaran khususnya matematika dan meningkatkan kualitas sekolah
2.      Bagi Guru :
Khususnya guru matematika, hasil penelitian ini dapat mengetahui titik kelemahan yang menyebabkan hasil belajar siswa berkurang sehingga dapat mengambil pendekatan pembelajaran yang tepat sasaran
3.      Bagi Siswa :
a.       Dapat meningkatkan partisipasi, minat, dan motivasi siswa dalam belajar matematika
b.      Menumbuhkan bakat siswa di bidang matematika dan peluangnya di dunia kerja
c.       Dengan menggunakan Pendekatan Mindset Therapy diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
4.      Bagi Peneliti :
Memperoleh pengalaman dalam mengajarkan matematika dengan menggunakan Pendekatan Mindset Therapy sehingga nantinya peneliti dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam dunia pendidikan

F.  Defenisi Operasional:
Agar tidak menimbulkan persepsi yang berbeda antara penulis dan pembaca, maka dirasakan perlu perlu untuk merumuskan variabel penelitian secara operasional sebagai berikut :
1.    Pendekatan Mindset Therapy (variabel x)
Pendekatan Mindset Therapy pada dasarnya merupakan upaya untuk mengembangkan bakat anak berbakat sehingga tercapai kemandirian. Dengan pendekatan Mindset Therapy ini membantu siswamengambil keputusan tentang kariernya.
2.    Hasil belajar (variabel y)
Hasil sebagai sesuatu yang diadakan (dibuat atau dijadikan) oleh usaha.[14]
Belajar adalah berusaha atau berlatih untuk mendapatkan pengetahuan.[15] Hasil belajar adalah hasil yang didapat seseorang yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan tingkat hasil belajar dan penguasaan, untuk mengukur hasil belajar harus sesuai dengan tujuan pencapaian kognitif yang disesuaikan dengan kemampuan siswa.[16]
Berdasarkan pengertian di atas maka penulis berkesimpulan bahwa : operasional variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alat untuk menggambarkan beberapa aspek dengan fokus utama yaitu Pendekatan Mindset Therapy yang diterapkan dalam pembelajaran dan hasil belajar matematika siswa SMP kelas IX2 yang ingin dicapai.

G.  Tinjauan Pustaka
a.        Hasil Belajar Matematika
Belajar adalah suatu kata yang suda akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka  dalam menuntut ilmu di lembaga  pendidikan formal.[17]
Hasil belajar kognitif diartikan sebagai nilai yang dipeoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran melalui tes yang bekenaan dengan objek kognitif yang meliputi aspek pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Hasil belajar kognitif meliputi beberapa aspek di bawah ini:
1.      Pengetahuan, yaitu tingkat kemampuan yang hanya meminta responden (testee) untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep atau istilah-istilah, atau dapat menilai, atau dapat menggunakannya, dalam hal ini testee biasanya hanya dituntut untuk menyebutkan kembali atau menghafal saja.
2.      Pemahaman, yaitu tingkat kemampuan yang mengharapkan responden (testee) mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya.
3.      Aplikasi atau penerapan, yaitu responden dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahui dalam situasi yang baru baginya.
4.      Kemampuan analisis, yaitu tingkat kemampuan responden untuk menganalisis atau menguraikan suatu integritas atau situasi tertentu ke dalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembentuknya.
5.      Kemampuan sintesis, yaitu penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu bentuk yang menyeluruh.
6.      Evaluasi, dengan kemampuan evaluasi testee diminta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi dan berdasarkan kriteria tertentu.[18]
Evaluasi hasil belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guna memberikan informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa.[19]
Ada beberapa tujuan dilakukannya evaluasi antara lain sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai.
2.      Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya.
3.      Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar.
4.      Untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar.
5.      Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna strategi, pendekatan, dan metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar-mengajar.[20]
Selain dari tujuan, evaluasi juga mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:
1.        Berfungsi sebagai penempatan, yaitu untu mengetahui keadaan siswa dan mengukur kesiapannya serta tingkat pengetahuan yang dicapai sehubungan dengan pelajaran yang akan diikutinya sehingga ia dapat ditempatkan pada posisinya yang tepat berdasarkan bakat, minat, kesanggupan, dan keadaan lainnya agar ia tidak mengalami hambatan dalam mengikuti setiap program.
2.       Berfungsi formatif (formative test), yaitu untuk memantau kemajuan belajar siswa guna memberikan umpan balik baik kepada siswa maupun kepada pendidik.
3.      Berfungsi sebagai diagnostik, yaitu untuk mengetahui masalah-masalah apa yang dialami oleh siswa katika ia mengalami kesulitan dalam belajar.
4.      Berfungsi sumatif (sumative test), yaitu untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.[21]
Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap dan, (e) keterampilan motoris. Dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara gratis bersar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif , ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
Apa itu matematika? Definisi atau pengertian dari matematika itu sangat beragam. Beberapa defenisi atau ungkapan pengertian matematika hanya dikemukakan terutama berfokus pada tinjauan pembuat defenisi itu. Hal sedemikian ini dikemukakan dengan maksud agar pembaca dapat menangkap dengan mudah keseluruhan pandangan para ahli matematika. Karena begitu banyaknya, sehingga muncul beraneka ragam defenisi atau pengertian tentang matematika. Atau dengan kata lain tidak terdapat satu defenisi tentang matematika yang tunggal dan disepakati oleh semua tokoh atau pakar matematika. Di bawah ini disajikan beberapa definisi atau pengertian tentang matematika, diantaranya :
a)      Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan teroganisir secara sistematik
b)      Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi
c)      Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan
d)     Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk
e)      Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat[22]

Jika pengertian hasil belajar dihubungkan dengan pengertian matematika, maka hasil belajar matematika merupakan kemampuan yang dicapai siswa dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep matematika setelah mengikuti proses belajar mengajar matematika. Untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam belajar matematika, maka digunakan alat ukur yaitu test.
Tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah tidak tumbuh dan berkembang bagitu saja, akan tetapi merupakan suatu hasil proses interaksi dari  faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, itu dapat bersifat eksternal dan internal. Faktor eksternal yaitu keadaan di luar diri siswa yang meliputi: kondisi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sedangkan faktor internal yaitu keadaan dalam diri siswa yang meliputi: keadaan fisik dan keadaan psikologis termasuk kelemahan baik fisik maupun psikis.[23]
Berdasakan hasil kajian tentang faktor-faktor yang menentukan hasil belajar siswa tersebut di atas, maka dapat dirumuskan kerangka pikir bahwa kemampuan guru dalam proses belajar-mengajar dan motivasi belajar siswa serta sistem belajar sangat erat hubungannya dengan hasil belajar siswa. Dalam konteks penelitian ini yang akan disajikan acuan untuk menentukan hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah diberi pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Mindset Therapy
b.      Pendekatan Mindset Therapy
1.       Metode-metode pembelajaran matematika
Metode mengajar ditinjau dari segi psikologik ini erat hubungannya dengan jawaban pertanyaan kurikulum “kepada saja” matematika itu diajarkan. Terdapat beberapa macam metode mengajar yang dapat digunakan dalam mengajar matematika, bergantung kepada siapa yang belajar matematika.
a)      Metode Ekspositori
Metode ini suatu cara untuk menyampaikan ide/gagasan atau memberikan informasi dengan lisan atau tulisan. Pada umumnya metode ini berlangsung satu arah, pengajaran ide/gagasan atau informasi dan peserta didik menerimanya. Materi pengajaran sudah disusun oleh pengajaran secara sistematik dan hirarkis namun bermakna.
b)      Metode Penemuan
Metode ini merupakan suatu cara untuk menyampaikan ide/gagasan melalui proses menemukan. Peserta didik menemukan sendiri pola-pola dan struktur matematika melalui sederatan pengalaman belajar yang lampau. Keterangan-keterangan yang harus dipelajari peserta didik tidak disajikan dalam bentuk final, peserta didik diwajibkan melakukan aktivitas mental sebelum keterangan yang dipelajari itu dapat dipahami.
c)      Metode Laboratorium
Metode laboratorium ini sabgai tempat untuk menemukan fakta-fakta metematika. Prinsip metode laboratorium adalah peserta didik belajar sambil bekerja, belajar sambil mengobservasi, dan memulai dari yang konkrit ke abstrak.
Selain metode pembelajaran matematika di atas terdapat beberapa metode lain diantaranya yaitu metode ceramah, demonstrasi, metode latihan/drill, metode permainan, metode pemberian tugas dan lain-lain.
Seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran di kelas, maka tentu guru harus menyusun rencan pembelajaran terlebih dahulu. Rencana pembelajaran yang dirancang merupakan arahan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika yang efektif dan efisien dalam rangka mencapai hasil belajar yang maksimal. Rencana pembelajaran merupakan rencana kegiatan operasional yang dirancang oleh guru yang berisi skenario tahap demi tahap tentang kegiatan matematika yang dilakukannya di kelas bersama siswa dalam satu kali tatap muka/pertemuan. Di dalam rencana pembelajaran berisi standar kompetensi dasar yang harus sijabarkan dalam indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber dan penilaian pembelajaran.[24]
2.       Pendekatan Mindset Therapy
Pendekatan adalah suatu usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, atau metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.[25]
Peserta didik adalah remaja yang mana merupakan masa yang sangat rentan, ketika perkembangan sosialnya menuntut dirinya untuk menyesuaikannya, seorang remaja memiliki tuntunan untuk senantiasa berprestasi, khususnya dalam lingkup akademis. Tidak bisa dipungkiri, bahwa prestasi akademis seorang remaja menjadi tolok ukur keberhasilan mereka. Dan baik secara langsung ataupun tidak langsung hal tersebut membangun konsep dirinya, apakah menjadi positif ataupun negatif. Konsep diri inilah yang nantinya membentuk mentalitas remaja baik dalam kehidupan mereka sekarang atau selanjutnya.[26]
        Dalam membantu peserta didik untuk menset kembali mentalnya bahwa dirinya mampu dan dapat berprestasi, Pendekatan Mindset therapy yang paling tepat digunakan. Pendekatan Mindset therapy memiliki tiga fase, yaitu sebagai berikut :
1.      Fase penyadaran
Proses Penyadaran mengubah manusia dari situasi tidak siap belajar atau tidak mau belajar, menjadi siap dan mau belajar. Proses penyadaran menangani penataan-ulang aspek kehendak, afeksi, sikap mental dan wilayah pathos.[27]

2.      Fase Pembelajaran
Proses pembelajaran mengubah manusia dari tidak bisa menjadi menjadi bisa; dari tidak mampu menjadi berkemampuan. Proses pembelajaran menangani penataan ulang aspek pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik), kinestetik dan wilayah logos.[28]

3.      Fase Pembiasaan
Proses pembiasaan mengubah dari sekedar bisa menjadi mahir-terampil-profesional; dari sekadar tahu menjadi paham. Proses pembiasaan ini menangani aspek penataan-ulang karakter, watak, dan wilayah etos.[29]

H.  Metodologi Penelitian
a.      Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah Pre-eksperimen Desain, penelitian ini belum merupakan jenis penelitian eksperimen mutlak (sungguh-sungguh). Desain penelitian yang digunakan adalah One-Group Pre-test Design. Pada desain terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum perlakuan. Desain dapat digambarkan sebagai berikut :
O1 × O2 [30]
Keterangan :
                         O1 := Nilai pretest sebelum diberikan perlakuan
                         O2 = Nilai posttest setelah diberikan perlakuan
                         Tingkat efektivitas pembelajaran = O1 - O2  
b.      Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Dalam suatu penelitian, ada objek yang diteliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Objek tersebut adalah populasi, yaitu seluruh objek penelitian. Dengan kata lain, data secara menyeluruh terhadap elemen yang menjadi objek penelitian, tanpa terkecuali[31]
Berdasarkan uraian di atas dapatlah diketahui bahwa populasi merupakan keseluruhan objek yang menjadi sasaran penelitian. Untuk penelitian ini peneliti mengambil populasi pada seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 1 Alla’ Kab. Enrekang yang berjumlah 220 orang yang terdiri atas 7 kelas dengan penyebaran yang heterogen (Ada pengklasifikasian antara siswa yang memiliki kecerdasan tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan rendah)
2.      Sampel
Sampel adalah sejenis anggota yang diambil dari suatu populasi. Besarnya sampel ditentukan oleh banyaknya data atau observasi dalam sampel itu. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX2 SMP Negeri 1 Alla’ Kab. Enrekang yang berjumlah 33 orang. Dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik random atau acak.
Teknik sampel random atau acak adalah teknik pengambilan sampelnya dengan mencampur subjek-subjek didalam populasi sehingga semua subjek-subjek dianggap sama.[32] Dengan demikian peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.
c.       Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data berdasarkan nilai variabel yang diteliti.[33] Jika peneliti ingin mendapatkan data yang berkualitas maka instrumen harus digarap dengan cermat. Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah :
a.       Tes Hasil Belajar
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok.[34] Jadi, tes sebagai alat pengumpulan data hasil belajar siswa untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana seorang siswa menguasai pelajaran yang disampaikan.
b.      Lembar Observasi
Observasi ini berupa lembar pedoman pengamatan untuk mengukur respon siswa terhadap Pendekatan Mindset Therapy dengan mengamati semua aktifitas di kelas selama proses pembelajaran berlangsung berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
d.      Teknik Pengumpulan Data
Adapun tahap-tahap prosedur pengumpulan data dalam penelitian adalah sebagai berikut :
a.       Tahap Persiapan
Yaitu tahap awal dalam memulai suatu kegiatan sebelum peneneliti mengadakan penelitian langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data, misalnya membuat draft skripsi, mengurus surat izin untuk mengadakan penelitian kepada pihak-pihak yang bersangkutan.
b.      Tahap Penyusunan
Tahap penyusunan dilakukan agar peneliti mengeahui permasalahan yang terjadi di lapangan sehingga mempermudah dalam pengumpulan data. Penyusunan yang dimaksud adalah penyusunan instrumen yang berkaitan dengan variabel yang akan diteliti berupa penyusunan konsep tes.
c.       Tahap pelaksanaan
Adapun cara yang dilakukan dalam tahap ini yaitu dengan melakukan penelitian lapangan untuk mendapatkan data yang konkret dengan menggunakan instrumen penelitian dengan pembahasan ini baik dengan menggunakan kutipan langsung ataupun tidak langsung.
e.       Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu sebagai berikut :
a.       Analisis deskriptif
Yaitu teknik analisis data yang digunakan untuk menggambarkan data hasil penelitian lapangan dengan menggunakan metode pengolahan data menurut sifat kuantitatif sebuah data. Dengan menggunakan persamaan :
Keterangan :                    : Rerata nilai
                                     : Jumlah nilai mentah yang dimiliki subjek
                                        : Banyaknaya subjek yang memiliki nilai.
Keterangan:           P = Presentase
                                = frekuensi yang dicari persentasenya
                                = banyaknya sampel responden [35]
b.      Analisis Inferensial
t =  [36]
 
Keterangan :
                               t = harga t                     s = standar deviasi
                               x = mean                       n = banyak subjek
penentuan taraf signifikasi
                               α = 0,05                         n = 25
sehingga                 ttabel = ……..
Pengujian hipotesis
                               H0 = ditolak, jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel
                                         H1 = diterima jika, thitung ≥ ttabel atau –thitung ≤ -ttabel







DAFTAR PUSTAKA
Arukunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rineka Cipta,1999

Aunurrahman. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2009

Daryanto. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2008

________. Panduan Proses Pembelajaran. Jakarta : Publisher, 2009

DEPDIKBUD. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1989

Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2008

Hamalik,Oemar. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002

Harefa,Andrias. Mindset Therapy (Terapi Pola Pikir, tentang Makna Lear, Unlearn, dan Lerearn). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010


http://www.4skripsi.com/metodologi-penelitian/teknik-pengambilan-sampel.html

Muh. Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Cet. I; Jakarta: Pustaka Amani, 2001) h.31

Mukhtar. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: CV Misaka Galiza, 2003

Republik Indonesia, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional  Bandung: Fokusmedia, 2003

Soedjadi, R. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia (Kontatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS, 1999

Soetjipto, dkk. Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004

Sudjono,Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta, 2008

________­. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta, 2010

Syah,Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004

Wiraatmadja,Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008




Zaini,Hisyam. Strategi Pembelajaran Aktif. myaghnee.blogspot.com, 2011









KOMPOSISI BAB
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Hipotesis Tindakan
D.    Tujuan Penelitian
E.     Manfaat penelitian
F.      Defenisi Operasional Variabel
G.    Garis Besar Isi Skripsi
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A.    Hasil Belajar Matematika
B.     Pendekatan Mindset Therapy

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
B.     Populasi dan Sampel
C.     Instrument Penelitian
D.    Prosedur Penelitian
E.     Teknik Pengumpulan Data
F.      Teknik Analisis Data


BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Gambaran Umum SMP Negeri 1 Alla’ Kab. Enrekang
B.     Hasil Belajar Matematika Sebelum Diterapkan Pendekatan Mindset Therapy siswa kelas IX SMP Negeri 1 Alla’ Kab. Enrekang
C.     Hasil Belajar Matematika Setelah Diterapkan Pendekatan Mindset Therapy siswa kelas IX SMP Negeri 1 Alla’ Kab. Enrekang
D.    Efektivitas penerapan Pendekatan Mindset Therapy siswa kelas IX SMP Negeri 1 Alla’ Kab. Enrekang
BAB V : PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA

                [1] Republik Indonesia, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (cet.11; Bandung: Fokusmedia, 2003), h. 5
                [2]Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, (Cet.II; Bandung: Alfabeta, 2009), h. 140.
                [4] Andrias Harifa,Mindset Therapy (Terapi Pola Pikir, tentang Makna Lear, Unlearn, dan Lerearn). (Cet.I; Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama. 2010), h. 14-15
                [6] Andrias harefa. Op. Cit.
[8] Ibid.
[9] Ibid.
                [10] www.google.com
[11] Andrias Harefa, op. cit., h. 17-18
[12] Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D).(Cet.VI; Bandung: Alfabeta, 2008), h. 96
[13] Rochiati Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas (Cet. VII; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h.87
[14] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004) h.37
[15] Muh. Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Cet. I; Jakarta: Pustaka Amani, 2001) h.31
[16] Daryanto, Panduan Proses Pembelajaran, (Cet. I; Jakarta : Publisher, 2009), h.3
[17] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Cet III; Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002). Hlm 47
[18] Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, myaghnee.blogspot.com. (20 Mei 2011).
[19]  Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.(Cet II; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004). Hlm 162
[20]  Soetjipto dan Raflis Kosasi. Profesi Keguruan.(Cet III; Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004). Hlm 142
[21] Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Cet I; Jakarta: CV Misaka Galiza, 2003), h. 155
[22] R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia (Kontatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan), (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS, 1999/2000), h. 11
[23] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Cet II;  Jakarta: Rineka Cipta 2008), h. 55.
[24]http://lela-al-khowarizmi.blogspot.com/2009/01/metode-pembelajaran-matematika.html
[25] DEPDIKBUD, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Cet. II; Jakarta : Balai Pustaka, 1989), h. 192
[27] Andrias Harifa, loc. cit
[28] ibid
                [29]ibid
[30]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D), (Cet.I; Bandung: Alfabeta, 2008), h.79
[31] Suharsimi Arukunto, Prosedur Penelitian, (Cet.IV; Yogyakarta : Rineka Cipta,1999), h.115
[32] Muhammad Arif Tiro, Dasar-Dasar Statistika, (Cet. I; Makassar : State University of Makassar Pres, 1999), h. 78
[33] Sugiyono, op. cit, h.148
[34] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Cet. V; Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h.35
[35]  Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Cet.XIV; jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), h.43
[36] Sugiyono, op. cit. h. 273