Entri Populer

Minggu, 19 Juni 2011

Fauziah Alwi



                                  Uchy. begituLah Teman-teman dan koLega sering memanggiLku. Oleh bapak sejak Lahir ku dinamai Nurfauziah Alwi. Artinya di atas Cahaya Kemenangan dan Keberuntungan. Fauziah Qatrunnada Alwi.. Nama yang aku gunakan di situs jejaring sosial FaceBook. Yang artinya di atas kesejukan kemenangan. Aku tak pernah menanyakan mengapa bapak menamaiku dengan Nurfauziah. tapi mungkin, bapak ingin aku menjadi pembawa cahaya keberuntungan di tengah-tengah keluargaku, selalu menjadi yang terdepan dalam kebaikan, pengayom bagi seluruh adik-adikku.

Senin, 28 November 1988, saat subuh menjeLang, Tangisan merduku memecah keheningan Puskesmas di desa tempat bapak mengajar. Aku aLhamduLiLLah terLahir sempurna. Tanpa cacat sedikit pun.  Mata sempurna melihat, hidung sempurna bernafas, mulut sempurna berbicara, jari-jari yang sempurna, rambut yang hitam dan Lebat, kulut yang putih muLus. Maka Ni’mat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (Arrahman:55).

Ibu, syukron jazaakillahi khairan katsiira atas perjuanganmu mengandungku. Sungguh, walau ku gendong engkau ke mekkah dengan jalan kaki dari Makassar, lalu ku gendong engkau mengelilingi ka’bah saat sa’I, kemudian kegendong engkau melakukan tawaf, semua itu tak dapat dapat membalas kebaikanmu Ibu.

Akulah yang pertama kali tinggal di rahim ibuku. Sebelum 3 adikku berikutnya mendiaminya. Aku menjadi dambaan seluruh anggota keluarga sejak dalam rahim. Aku dinanti-nanti kelahirannya.Tangisku dirindukan memecah keheningan. Akhirnya aku terlahir sebagai anak pertama, cucu pertama, ponakan pertama. Sehingga tak dipungkiri, kasih sayang dari semuanya diberikan padaku sejak kecil dan tetap kurasakan hingga sekarang. Aku bersyukur menjadi anak pertama. Menjadi  sarang curhat dari ibu ketika ada masalah, terutama masalah adik-adikku.

Keseharianku penuh dengan canda tawa dan kelucuan. Pola tingkahku, kecerdasanku menjadi bahan perhatian orang-orang di sekitarku. Aku telah pandai membaca koran sejak umurku baru menginjak 3 tahun. Telah dapat membaca al-qur’an saat usia 5 tahun. Dan telah menamatkannya ketika ku menginjakkan kaki di SD. Dari cerita keluarga, aku memang selalu mencari perhatian. Aku pun sering diikutkan dalam lomba, dan selalu menjadi juara. Walau tak semua juara pertama dapat aku sabet. Aku anak pintar, begitulah sering orang bilang. Aku pun selalu mendapat ranking dari SD hingga SMA. Menjadi incaran teman-teman ketika ujian. Menjadi tempat bertanya teman-teman yang tak mengerti. Aku senang? Ya jelas! Sebab aku menjadi kebanggaan ayah dan ibu, serta nenek. Sering dipuji-puji sama om dan tante, guru-guru, teman-teman guru Ibu dan bapak, Sering dicari sama tetangga-tetangga. Namun kebanggaan itu telah luntur bahkan menguap ketika mendapatkan nasehat dari hadits.  Bahwa takkan masuk syurga seseorang jika ada sedikit kesombongan dalam dirinya walau seberat biji zarrah. Na’udzubillahi mindzalik.

Bakat membacaku sejak usia 3 tahun membuatku memiliki hobi membaca. Ibu dan bapak sering sekali membelikanku majalah-majalah, dan tiap bulannya aku dibelikan majalah aku anak sholeh. Saat aku kelas 4 SD, aku rutin berlangganan majalah bobo hingga aku dudu di kelas 3 SMP. Saat kelas 1 SMA telah rutin berlangganan majalah Annida.

Dari majalah Annida lah bakat menulisku mulai aku asah. Aku suka sekali menulis keinginanku dan segala keseharianku dari pagi hingga petang dalam sebuah diary. Aku tak pernah merahasiakan apa yang aku tulis. Aku lebih senang ketika orang lain membaca tulisanku. Hal yang aku tunggu ketika mereka yang telah membacanya berkomentar “Kami pintar bangat merangkai kata-kata. Seperti Novel saja”. Hingga sekarang, membaca dan menulis yang tertulis di baris hobi di tiap  biodata yang aku isi. Tak heran jika mataku kini berkacamata dengan minus 3. Kebiasaanku membaca tidur, membaca di mobil, menulis hingga larut malam bahkan bisa sampai subuh, membaca dan menulis dikomputer hingga berjam-jam  mengakibatkan semuanya.

Keluargaku sering mengomentari, “Hidung kamu makin gak kelihatan kalau pakai kacamata”. Aku hanya nyengir kuda menanggapinya dan menjawab dalam hati, tapi tetap cantik dan manis kan?









Tidak ada komentar:

Posting Komentar